TEMPO.CO, Jakarta
- Ada momen menyedihkan saat gubernur inkumben DKI Jakarta Fauzi Bowo
kalah dalam pemilihan gubernur Jakarta untuk periode 2012-2017. Kamis
sore, 20 September 2012, saat rivalnya, Joko Widodo merayakan kemenangan
di markas tim suksesnya, Jalan Borobudur 22, Jakarta Pusat, Fauzi
tampak kecewa. Demikian terungkap dalam laporan utama majalah Tempo edisi 24 September-29 September berjudul #Jokowinner
Saat itu suasana ketegangan merayapi rumah dinas Fauzi di Jalan Taman Suropati, beberapa kilometer dari markas Joowi. Di ruang tamu, Fauzi Bowo atau Foke dan timnya lekat-lekat menatap layar monitor besar yang memampangkan hasil hitung cepat oleh Jaringan Suara Indonesia. Selain Nachrowi Ramli, hadir bekas Menteri Otonomi Daerah Ryaas Rasyid dan tokoh pendidikan Arif Rachman Hakim, besan Fauzi.
Jam menunjukkan pukul 13.30 ketika jumlah suara sampel yang masuk melewati 20 persen. Fauzi tiba-tiba berseru, ”We lose” (kita kalah). Ia lalu memanggil tiga anak dan menantu serta tujuh cucunya. Kepada mereka, Fauzi berkata, ”Kokong kalah, this is a very sad moment, but we must looking forward” (Kokoh kalah, ini momen yang paling menyedihkan, tapi kita harus tegar menatap ke depan). Anak-anak 2-7 tahun itu bergantian merangkul kakek mereka. Ada juga yang menangis.
Fauzi lalu beranjak ke ruang sebelah. Di sana, anggota tim sukses lebih banyak lagi berkumpul. ”Maaf, saya tak mampu memenuhi wacana dan harapan Jakarta,” ujarnya. Beberapa anggota timnya bereaksi dengan emosional. Arif Rachman lalu meredamnya dengan mengatakan bahwa Fauzi dan timnya harus menerima kekalahan itu dengan legawa. ”Betul, mungkin ada yang salah di tim kita,” kata Fauzi.
Ia lalu meminta Widdi Aswindi menelepon Jokowi. Ketika itu, jumlah suara masuk hitung cepat hampir 80 persen. ”Mas Jokowi, selamat atas kemenangan ini. Saya berdoa semoga Anda dan Pak Basuki sukses. Ini kembang demokrasi. Saya titip Jakarta, semoga lebih baik dan lebih maju,” kata Fauzi, seperti dituturkan Widdi.
Sesaat Fauzi berhenti bicara dan mendengarkan omongan Jokowi di seberang. ”Baik, baik, Mas Jokowi, hanya itu yang ingin saya sampaikan.” Ia lalu berbalik ke timnya dan minta disediakan kertas dan pulpen untuk mencatat poin-poin pidato yang akan ia sampaikan di hadapan wartawan. Setelah ganti baju, Fauzi dan timnya meluncur ke markas mereka di Jalan Diponegoro 61. Di sana, ia mengumumkan kekalahannya.
Saat itu suasana ketegangan merayapi rumah dinas Fauzi di Jalan Taman Suropati, beberapa kilometer dari markas Joowi. Di ruang tamu, Fauzi Bowo atau Foke dan timnya lekat-lekat menatap layar monitor besar yang memampangkan hasil hitung cepat oleh Jaringan Suara Indonesia. Selain Nachrowi Ramli, hadir bekas Menteri Otonomi Daerah Ryaas Rasyid dan tokoh pendidikan Arif Rachman Hakim, besan Fauzi.
Jam menunjukkan pukul 13.30 ketika jumlah suara sampel yang masuk melewati 20 persen. Fauzi tiba-tiba berseru, ”We lose” (kita kalah). Ia lalu memanggil tiga anak dan menantu serta tujuh cucunya. Kepada mereka, Fauzi berkata, ”Kokong kalah, this is a very sad moment, but we must looking forward” (Kokoh kalah, ini momen yang paling menyedihkan, tapi kita harus tegar menatap ke depan). Anak-anak 2-7 tahun itu bergantian merangkul kakek mereka. Ada juga yang menangis.
Fauzi lalu beranjak ke ruang sebelah. Di sana, anggota tim sukses lebih banyak lagi berkumpul. ”Maaf, saya tak mampu memenuhi wacana dan harapan Jakarta,” ujarnya. Beberapa anggota timnya bereaksi dengan emosional. Arif Rachman lalu meredamnya dengan mengatakan bahwa Fauzi dan timnya harus menerima kekalahan itu dengan legawa. ”Betul, mungkin ada yang salah di tim kita,” kata Fauzi.
Ia lalu meminta Widdi Aswindi menelepon Jokowi. Ketika itu, jumlah suara masuk hitung cepat hampir 80 persen. ”Mas Jokowi, selamat atas kemenangan ini. Saya berdoa semoga Anda dan Pak Basuki sukses. Ini kembang demokrasi. Saya titip Jakarta, semoga lebih baik dan lebih maju,” kata Fauzi, seperti dituturkan Widdi.
Sesaat Fauzi berhenti bicara dan mendengarkan omongan Jokowi di seberang. ”Baik, baik, Mas Jokowi, hanya itu yang ingin saya sampaikan.” Ia lalu berbalik ke timnya dan minta disediakan kertas dan pulpen untuk mencatat poin-poin pidato yang akan ia sampaikan di hadapan wartawan. Setelah ganti baju, Fauzi dan timnya meluncur ke markas mereka di Jalan Diponegoro 61. Di sana, ia mengumumkan kekalahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar yang membangun sopan dan baik, serta perhatikan Etika Berkunjung Disini terimakasih :)