Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar Rupiah pada Senin sore kembali
berada dalam area negatif atau melemah sebesar 33 poin terhadap dolar AS
seiring investor yang kembali khawatir terhadap krisis Eropa.
Nilai tukar mata uang Rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Senin
sore bergerak melemah sebesar 33 poin menjadi Rp9.583 dibanding sebelumnya di
posisi Rp9.550 per dolar AS. Pengamat pasar dari Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova di Jakarta, Senin, mengatakan melemahnya nilai tukar domestik terhadap dolar AS masih dipicu dari kekhawatiran investor terhadap krisis utang di Eropa.
"Krisis Eropa yang masih berjalan membuat ekonomi global bergerak melambat, dalam kondisi itu nilai tukar dolar AS menjadi mata uang `safe haven`," kata dia.
Ia menambahkan, konflik antara China dan Jepang terkait perbatasan kedua negara menambah sentimen negatif di pasar keuangan global. Kondisi itu menjadi salah satu faktor nilai tukar berisiko tertekan terhadap dolar AS.
"Dikhawatirkan konflik itu berdampak pada ekonomi di Asia," kata Ruly.
Sementara dari dalam negeri, menurut dia, pelemahan rupiah didorong oleh neraca perdagangan Indonesia yang belum positif. Ekspor Indonesia mengalami penurunan sementara impor cukup tinggi.
"Kondisi global yang melambat ekonominya membuat ekspor Indonesia turun," ujarnya.
Ia memprediksi mata uang Rupiah masih dalam area "bearish" ( melemah) sejalan dengan eforia kebijakan the Fed yang menempuh kebijakan pelonggaran moneter atau "quantitative easing" (QE) mulai mereda.
"Sentimen kembali ke Eropa, eforia QE sudah mulai mereda," ucap dia.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin (24/9) menunjukkan mata uang Rupiah bergerak melemah menjadi Rp9.560 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.558 per dolar AS. (tp)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar yang membangun sopan dan baik, serta perhatikan Etika Berkunjung Disini terimakasih :)